Jumat, 24 Agustus 2012

:)

Kamu boleh mempunyai seribu keburukan untuk dihindari atau seribu kebaikan untuk dicintai. Tapi perasaanku kepadamu tidak berdasarkan itu. Cinta ya cinta. Tidak perlu alasan.
Semua mengalir begitu saja.

Jumat, 10 Agustus 2012

Dari Jun Nafi menjadi Sen Nafi


“Datanglah di Workshop Iksapala ! Berbeda dari organisasi *piiiiiip*” . Kata-kata itu yang masih terngiang-ngiang di otak gue yang terpampang jelas di brosur Iksapala. Entah mengapa gue tertarik untuk dateng ke workshop itu. Mungkin waktu itu gue lebih percaya pada bisikan malaikat daripada setan. Malaikat yang terus berbisik “Ayo Ikut! Ikut! Ikut! Hap hap hap!”. Dari workshop itu, gue semakin tertarik sama Iksapala. Akhirnya gue memutuskan untuk ikut organisasi pencinta alam ini. Uuu~ dan gue waktu itu resmi dipanggil “Jun Nafi” angkatan V karena kalo di Iksapala sebutan untuk “kakak” itu “sen” dan untuk adik itu “jun”. Pertemuan rutin Iksapala diadakan setiap hari Sabtu, untuk “jun” selalu memakai baju hitam + training dan untuk “sen” memakai seragam Iksapala tentunya. Tidak masalah bagi gue, daripada pake baju taqwa? Nanti dikira apa lagi -- hehe.

Kegiatan di Iksapala asik, mulai dari tracking, rapling, susur pantai, rock climbing, caving, dan lain-lain. Mengingat kegiatan yang cukup menguras fisik ini, sebenernya gue gak diijinin sama orang tua tapi gue tetep nekad dan membuktikan bahwa gue itu bisa dan kuat buat ikut Iksapala. Minggu demi minggu gue berangkat dan lama kelamaan ada titik kejenuhan tersendiri, gue mulai bosan. Tapiiiii, gue buang jauh-jauh rasa itu, karena gue pengin jadi “SEN” masa harus berhenti di tengah jalan, nanti sia-sia dong jadinya? Cuma setengah-setengah dan gue juga gak mau dibilang tidak lolos seleksi alam. Gue harus tetep konsisten *pasang muka imut*.

Tak terasa sudah mau setaun gue di Iksapala dan tibalah saat yang ditunggu-tunggu yaitu naik gunung !!! 1-3 Juli 2012 gue bareng anak Iksapala mendaki gunung Lawu ! gue gak mau cerita di bab ini, nanti ada bab sendiri tentang ekspedisi kami :p Intinya, setelah mendaki gunung gue resmi jadi anggota penuh di Iksapala dan mendapat nomor anggota V_0309_IKS .
*Upacara pelantikan* di saat itu juga gue dilantik sebagai “SEN” . Speechless, mengucapkan syukur selalu gue panjatkan. Gue gak nyangka aja, ternyata gue bisa. Gue bisa jadi Anggota penuh dan gue bisa jadi sen !!! Gue bakal dipanggil Sen Nafi !! Yeah ! *seyum kemenangan* *sujud syukur*. Alhamdulillah juga, gue diberi kepercayaan buat menjabat sebagai Koordinator Lapangan II.
Sudah menjadi sen, berarti kami harus mencari generasi baru Iksapala, mencari jun angkatan W. Oke, awalnya gue ragu pada tertarik gak ya sama Iksapala? Waktu ngadain workshop yang berangkat ada sekitar 14 orang. Itu juga gue udah bersyukur banget, mengingat angkatan gue yang aktif  cuma 11 orang. Kemudian kalian tau? 14 orang itu ternyata cuma orang yang berangkat workshop, masih ada 20 orang lagi yang mengisi formulir! WOW !!! sumpah ya, gue seneng tapi bingung juga. 34 orang bukan jumlah yang sedikit buat kami para sen aktif yang cuma 11 orang.
Namun, pasti nanti bakalan ada seleksi alam, nanti terlihat mana yang tetap kumat kamit komat komit  dan tidak.  Semoga malah mereka semua bisa komit. Amin.
*menyusun strategi* *semangat* *buat perubahan* *kerja keras* *tetap kompak* *istiqomah*


“Sen Nafi !” kata seorang jun
Aku dipanggil Sen?
Sudah pantaskah?

Kata “Sen”
Menurutku,
Itu bukan sekedar 3 huruf
Bukan sembarang kata
Bukan sekedar panggilan
Bukan untuk kebanggaan belaka
Ada tanggung jawab besar
 di balik kata itu
Ada komitmen
Ada asa
Ada mimpi
Ada harapan
Ada pengorbanan
Ada pengabdian
Semoga kata “Sen”
yang sudah melekat di namaku
Bukan hanya sekedar status
Bukan untuk kesombongan
Untuk itu
Aku akan selalu bertanya
pada diri sendiri
“Untuk apa aku di Iksapala?"

Rabu, 08 Agustus 2012

tentang kakak gue

Pada zaman dahulu kala, bapak sama ibu gue menikah, setelah melakukan proses panjang dan cukup rumit, akhirnya bapak ibu gue punya anak yang lucu-lucu sebanyak lima orang. Gue ditakdirkan sebagai anak yang ditindas, gue menempati posisi terakhir, jabatan yang sering disuruh-suruh oleh kakak-kakak gue -__- berikut daftar nama kakak-kakak gue :
 1. Nurcholil Rohman 



Gue biasa manggil dia "Mas Olil". Dia menduduki jabatan yang paling tinggi diantara kami berlima, dia memiliki kekuasaan penuh, karena dia anak pertama. Walaupun gitu, dia cukup bertanggung jawab sebagai anak pertama, dapet memberi teladan yang baik.  Kalo suruh ngasih nilai dari 6-10 gue ngasih 10,0001 deh. Dulu waktu kecil gue sering dicium sama dia, bahkan sampe sekarang kadang masih. iuuuh -__- gue bingung kalo mau nyritain kakak yang satu ini, terlalu absurd.

 2. Kholifatur Rohmah





"Mba Ifah" nama yang biasa gue panggil. Mba Ifah orangnya itu nyebelin banget kalo lagi nyebelin, kalo lagi baik ya baik banget. Dia gak suka yang namanya tempe. Gue juga heran nggaya banget ini orang -__- makanan yang menurut gue gak pernah ngebosenin, eh dia malah gak suka. Alasannya katanya pait. Mungkin bagian perasa lidahnya pait semua kali ya -,- kakak yang aneh. 

3. Akhmad Syamsul Rizal


Orang yang punya idung mancung ini yang gatau dapet warisan dari siapa biasa gue panggil "Mas Ijal" atau "Masbro". Dia itu orangnya baik, sering ngalah, rajin, banyak duit, dll. Yang gue sebel dari dia itu kadang suka mbanding-mbandingin gue sama orang lain. padahal gue paling bete dibandingin #curhat. Tapi, gue mau ngucapin terima kasih sama mas ijal karena sering nganterin gue ke sekolah :* muaah lah

4. M. M. Al Khusyari


Gue sering manggil dia "Suep". Dia sering manggil gue "Tumiyem", "Mi'un", "galauwers" Orangnya abstrak. Gue dulu kecil sering diperlakukan tidak manusiawi sama dia, setiap hari gue nangis karena kenakalan dia. Akhirnya masuk SMA dia mondok di Gontor. Dari Gontor pindah ke Jabar karena di gontor terlalu ketat. Dia selalu bangga karena masuk jurusan IPA, padahal di sana cuma ada 1 kelas IPA dan IPS. Walaupun dia nyebelin, tapi sering ngasih gue nasihat-nasihat.

Kamis, 02 Agustus 2012

Gue penasaran + bingung

apa ya maksudnya? aku mencoba bertanya tetapi dia hanya diam membisu, tak ada jawaban. ada apa ya? aku penasaaran banget. andaikan saja kau tau bahwa aku sebenarnya...........................................